Konferensi Internasional Kesusasteraan Ke-33, Prof. Sayama Bahas Respon Siswa Terhadap Penggunaan E-Modul Cerita Rakyat Berbasis Kearifan Lokal

fsb.ung.ac.idGorontalo – Guru Besar Tetap Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Sastra dan Budaya (FSB) Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Prof. Dr. Sayama Malabar, M.Pd menjadi presenter dalam Konferensi Internasional Kesusasteraan (KIK) yang ke 33 pada tanggal 18-20 Oktober 2024, di Aula Jaidan Jauhari, Kampus Fasikom Universitas Sriwijaya Palembang.

Keynote Speakers yang hadir dalam acara KIK ini antara lain Prof. E.Aminudin, M.A., Ph.D. dari Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof. Jacqueline pugh-Kitingan dari Borrish University of Sabah, Assoc. Prof. William Bradley, Ph.D. dari Akita University Japan, Assoc. Prof. Dahlia Janan, Ph.D. dari Sultan Idris University of Education Malaysia, Hedy C.Holzwart, M.A. dari Goethe University of Frankfurt Jerman, Nik Abdul Rakkib bin Nik Hassan dari Head of Nusantara Stdies center Thailand, Chiara Gardin, Ph.D. dari Samarine University Italia, dan Ivan Chen dari CEO Anatarupa Studio Indonesia.

Pada KIK yang diselenggarakan oleh Himpunan Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat Sumatera Selatan ini, Sayama Malabar hadir secara virtual dan memaparkan hasil penelitiannya dengan judul Respon Siswa Terhadap Penggunaan E-Modul Cerita Rakyat Berbasis Kearifan Lokal.

Menurutnya, e-modul bahasa Indonesia berbasis kearifan lokal Gorontalo yang dikembangkan dalam penelitian ini dinilai sangat praktis setelah diterapkan di kelas X SMA Negeri 1 Batudaa Pantai. Nilai keseluruhan dari kuesioner kepraktisan siswa diakumulasikan, diperoleh persentase sebesar 82.45% dengan kategori sangat praktis.

“Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa modul bahasa Indonesia khususnya materi cerita rakyat yang mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal Gorontalo Kawasan Teluk Tomini dapat diterima, mudah digunakan, serta bermanfaat bagi siswa dan guru di SMA Negeri 1 Batudaa Pantai”

“Namun, setiap penelitian memiliki keterbatasan, sehingga perlu adanya penyempurnaan e modul serta penelitian selanjutnya yang melengkapi penelitian pengembangan e modul bahasa Indonesia dengan materi lainnya,” ujar Prof. Sayama.

Prof. Sayama menjelaskan, e-modul ini tidak hanya dianggap efektif sebagai bahan ajar, tetapi juga berperan penting dalam memperluas wawasan siswa mengenai budaya lokal di Kawasan Teluk Tomini Provinsi Gorontalo”

“Dengan persentase respon positif siswa, sehingga e modul ini memiliki kontribusi signifikan dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap kekayaan budaya lokal, sekaligus memperkaya pengalaman belajar mereka secara keseluruhan,” ujarnya.

Loading