Bahasa Daerah di Teluk Tomini Terancam Punah, Peserta Summer Course Diajak Cari Solusi

fsb.ung.ac.idGorontalo – Salah satu temuan menarik pada hari pertama International Virtual Summer Course FSB UNG, Selasa (12/8/2025), adalah adanya sejumlah bahasa daerah di kawasan Teluk Tomini yang kini berada di ambang kepunahan.

Berdasarkan pemaparan para pengajar, bahasa-bahasa ini mengalami penurunan drastis jumlah penutur dalam beberapa dekade terakhir. Kondisi ini menjadi perhatian utama, mengingat setiap bahasa membawa warisan nilai, sejarah, dan kearifan lokal yang tak ternilai.

Dalam kelas yang dipandu oleh Dr. Rasuna Talib, M.Hum, para peserta mendapatkan data terkini tentang bahasa daerah yang hampir punah, termasuk dialek Suwawa di Gorontalo yang jumlah penuturnya menurun signifikan dalam 30 tahun terakhir.

“Kepunahan bahasa berarti kehilangan satu dimensi sejarah dan identitas sebuah komunitas. Ini adalah kerugian yang tidak tergantikan,” ujarnya dengan nada serius.

Tidak hanya mendapatkan informasi, para peserta juga diajak berdiskusi mencari ide untuk mengatasi masalah kepunahan bahasa. Berbagai gagasan muncul, mulai dari program dokumentasi bahasa berbasis komunitas, integrasi bahasa daerah ke dalam media digital, hingga pembuatan materi pembelajaran kreatif bagi generasi muda.

“Kolaborasi lintas budaya dan lintas negara sangat penting untuk menciptakan strategi pelestarian yang relevan dan berkelanjutan,” kata Zulkifli Tanipu, Ph.D.

Haris Danial, M.A., menutup sesi dengan pesan inspiratif. “Pelestarian bahasa bukan hanya tugas masyarakat lokal, tetapi juga tanggung jawab kita sebagai warga dunia. Dengan mengenal dan menghargai bahasa-bahasa ini, kita ikut menjaga keberagaman budaya dunia,” tuturnya.

Diskusi yang kaya ide ini diharapkan dapat memicu aksi nyata bagi pelestarian bahasa daerah di Teluk Tomini dan wilayah lainnya.