Belajar sambil Berkarya: Mahasiswa Sendratasik Berpartisipasi Aktif dalam Penelitian RAPN

fsb.ung.ac.idGorontalo – Jari Jemari Menari. Jari Jemari Mencari. Kode Dan Metafori, Menjalin Merangkai Ekspresi. Metafori Merambah Ruang. Torso, Tungkai Dan Ekspresi Meregang Ritma. Kode Menjadi Frase, Frase Menuju Sekuen, Dan Sekuen Memenuhkan Makna. Ruang – Waktu – Tenaga, Selalu Menjadi Kolega Setia, Mewujud Kata Pada Bahasa, Bahasa Tubuh Yang Paling Primal – Isyarat.

Delapan Tubuh Tari, Sebagian Tinggi Semampai, Beberapa Segar Berisi, Sebagian Lagi Mungil Lincah Dan Dinamis, Berkelebat Meruang Mewaktu Dalam “Panggung” Tampil Berukuran Enam Kali Tiga Meter Persegi. Dibungkus Kostum Kasual Bernuansa Merah Dan Hitam, Kedelapannya Mencoba Mengontras Putihnya Latar Belakang Panggung Yang Ditingkahi Lukisan-Lukisan Karya Riden Baruadi (1952 – 2023) Yang Tertata Apik Di Dinding Galeri.

Setelah Hampir Satu Bulan Berkelindan Dengan Gestur-Gestur Metaforis, Sebagian Hasil Imajinasi, Sebagian Besar Lagi Adalah Kosakata Khas Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO), Kedelapan Tubuh-Tubuh Bahagia Berhasil Menyelesaikan Struktur Tari Kontemporer.

Karya tari berjudul “Tanda Tanda Sunyi Bunyi” merupakan hasil kerja kolaboratif sebagai implementasi produk karya seni dari Riset Akeselerasi Publikasi Nasional (RAPN) dosen Jurusan Pendidikan Sendratasik berjudul “Difusi Eksploratif Tari Kontemporer Berbasis Gestur Metaforis Untuk Pengenalan Bahasa Isyarat Di Lingkungan Mahasiswa Sendratasik”.

Dalam proses koreografi peneliti bersama-sama partisipan mengakomodir secara seimbang integrasi antara kompetensi praksis dan kompetensi kognitif yang dibutuhkan oleh calon koreografer, salah satu profil lulusan Jurusan Pendidikan Sendratasik.

Hasil akhir kerja ini bukan berupa project koreografi utuh, dalam arti sebuah pertunjukan tari yang lengkap dengan artistik panggung konvensional, set yang serius dengan kostum khusus, dan tata lampu profesional. Manifestasi yang paling signifikan cukup untuk disebut sebagai a dance piece, atau struktur tari utuh yang dikonstruksi dari sekuen-sekuen kinestetis, sebuah tari “studi” yang tidak mengandalkan narasi “bercerita”.

Konsep tari “studi” atau “murni” ini menegaskan bahwa tari bukan melulu tentang pertunjukan yang spektakuler demi hiburan, melainkan juga tentang impuls batin diri yang diwujudkan melalui ekspresi ritmis dan dinamis dari gestur-gestur. Riset memosisikan mahasiswa Sendratasik sebagai agen budaya aktif dan co-choreographer untuk bersama-sama menafsirkan gestur dan ekspresi metaforis dalam Bahasa Isyarat Indonesia sebagai kontribusi vokabulari estetis yang autentik.

Melalui asimilasi mode-mode pengarahan secara terfokus dan kolaboratif, para penari (partisipan) mempelajari bentuk pengetahuan ini untuk berkarya tari kontemporer, sekaligus menjadi “duta” penyebaran bahasa isyarat yang sesungguhnya memuat kode-kode yang familiar dari budaya dan kehidupan masyarakat di wilayah Teluk Tomini (Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara) dan Sulawesi Selatan (Makassar).