Dosen FSB UNG Kawal Debat Bahasa Indonesia sebagai Medium Pendidikan Bernalar

fsb.ung.ac.idGorontalo – Lomba Debat Bahasa Indonesia Tingkat Kabupaten Gorontalo yang digelar di SMA Negeri 1 Telaga pada Kamis 31 Juli 2025 ini menjadi ruang aktualisasi bagi pelajar dalam mengasah nalar kritis dan kemampuan berbahasa yang baik. Enam tim dari berbagai SMA se-Kabupaten Gorontalo tampil percaya diri, menyampaikan argumen dalam suasana kompetitif dan edukatif.

Kegiatan ini bukan sekadar ajang perlombaan, melainkan bagian dari praktik pendidikan berbasis dialog dan logika. Pelajar diajak untuk membangun argumen yang logis, menyampaikan pendapat secara runtut, serta tetap menjunjung etika berbahasa.

Lomba ini menghadirkan dua dewan juri dari kalangan akademisi, yakni Dr. Herman Didipu, S.Pd., M.Pd. dan Yunus Dama, S.Pd., M.Pd., keduanya merupakan Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya (FSB) Universitas Negeri Gorontalo.

Dr. Herman menjelaskan bahwa terdapat tiga aspek utama yang menjadi tolok ukur penilaian dalam debat ini: konten, penyampaian, dan strategi.

“Dari aspek konten, kami menilai kedalaman argumentasi yang disampaikan peserta. Untuk penyampaian, kami melihat kemampuan menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan retorika yang digunakan. Sementara strategi dinilai dari struktur logika penyampaian argumen,” ujarnya.

Penilaian dilakukan secara individu terlebih dahulu, lalu nilai tersebut diakumulasi untuk membentuk nilai tim. Sistem ini dinilai mampu mencerminkan kontribusi personal sekaligus kekompakan tim dalam berargumentasi.

Terkait kualitas peserta, Dr. Herman menyebutkan bahwa sebagian besar peserta telah memahami struktur dan format debat. Meski belum semua tim tampil saat itu, namun yang telah tampil menunjukkan penguasaan yang baik terhadap jalannya debat.

“Secara umum tata cara pelaksanaan sudah mereka kuasai. Penggunaan bahasa Indonesia juga cukup baik, meskipun masih ada kegugupan dan keterbatasan. Tapi itu hal yang wajar dalam konteks lomba,” imbuhnya.

Lomba Debat Bahasa Indonesia ini menjadi bukti bahwa pendidikan kini tidak hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi juga melalui ruang-ruang diskusi terbuka. Dengan keterlibatan dosen FSB UNG sebagai juri, kegiatan ini mencerminkan kolaborasi konkret antara dunia kampus dan sekolah dalam membina generasi muda yang tidak hanya pintar bicara, tapi juga cakap berpikir.