Kuliah Tamu Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Hadirkan Pakar dari Universitas Negeri Malang

fsb.ung.ac.idGorontalo – Dalam rangka memperingati semangat Sumpah Pemuda dan memperkuat karakter kebangsaan di kalangan mahasiswa, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Sastra dan Budaya (FSB) Universitas Negeri Gorontalo (UNG), menyelenggarakan Kuliah Tamu dengan tema “Satu Bahasa, Satu Jiwa, Satu Cinta: Refleksi Sumpah Pemuda dalam Dunia Pendidikan Menyongsong Era Industri 5.0”, pada Senin, 20 Oktober 2025 bertempat di ruang Taleningo dan ruang Mala-mala.

Kegiatan ilmiah ini menghadirkan dua narasumber pakar dalam bidang bahasa dan pendidikan, yakni Prof. Dr. Dawud, M.Pd dan Prof. Dr. Imam Agus Basuki, M.Pd, yang keduanya dikenal sebagai akademisi senior dari Universitas Negeri Malang dan peneliti bahasa dan sastra berpengaruh di Indonesia.

Kuliah tamu ini dibuka secara resmi oleh Dekan Fakultas Sastra dan Budaya, Prof. Nonny Basalama, MA, Ph.D, yang dalam sambutannya menyampaikan bahwa semangat Sumpah Pemuda harus dihidupkan kembali dalam konteks kekinian, terutama di era Industri 5.0.

“Bahasa Indonesia bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga sarana pemersatu bangsa dan refleksi identitas kita sebagai generasi pembelajar yang berkarakter. Di era digital dan kecerdasan buatan ini, peran bahasa justru semakin vital,” ujar Prof. Nonny dalam sambutannya.

Sementara itu dalam paparan materinya, Prof. Dr. Dawud, M.Pd menekankan pentingnya memahami substansi bahasa dan sastra Indonesia, melalui pengembangan substansi penelitian. Mahasiswa disajikan bagaimana menentukan hirarki rumpun ilmu dan bidang kajian bahasa dan sastra Indonesia. Mahasiswa juga dikuatkan tentang konsep pendekatan kualitatif dan kuantitatif, yang merupakan dua paradigma utama yang memiliki karakteristik, tujuan, dan metode analisis berbeda.

Sementara itu di ruang Mala-mala, Prof. Dr. Imam Agus Basuki, M.Pd memaparkan bagaimana dunia pendidikan dapat memanfaatkan perkembangan era Industri 5.0 untuk menumbuhkan kreativitas dan kecerdasan emosional melalui penguasaan bahasa dan sastra. Ia juga menegaskan bahwa pendidik masa kini perlu memiliki “jiwa bahasa” yaitu kemampuan berempati, berkomunikasi, dan berpikir kritis dalam setiap proses pembelajaran.

Acara ini dihadiri lebih dari 250 mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang antusias mengikuti jalannya diskusi. Para peserta terlibat aktif dalam sesi tanya jawab yang membahas tantangan dan peluang pembelajaran bahasa di tengah kemajuan teknologi dan budaya global.

Dengan terselenggaranya kuliah tamu ini, diharapkan mahasiswa semakin memahami makna Sumpah Pemuda bukan hanya sebagai simbol historis, tetapi juga sebagai inspirasi untuk membangun dunia pendidikan yang berjiwa kebangsaan dan berorientasi pada kemajuan teknologi.