fsb.ung.ac.id, Gorontalo – Selasa 19 Agustus 2025, International Summer Course menghadirkan tema Visual Heritage: Symbols and Designs in Local Crafts. Pemateri yang hadir adalah Prof. Moon Hidayati Otoluwa, M.Hum dan Dr. Salam, M.Pd di Kelas A, Apriadi Bumbungan, S.S, M.Hum dan Meilina Widya Dali, M.Pd di Kelas B, serta Dr. Sartin T. Miolo, M.Hum di Kelas C.
Materi membahas kerajinan tradisional Tomini Bay, seperti Karawo dari Gorontalo, Bentenan dari Sulawesi Utara, dan Tenun Donggala dari Sulawesi Tengah. Setiap kerajinan diperlihatkan tidak hanya dari sisi estetika, tetapi juga dari makna filosofisnya. Peserta belajar bahwa simbol dan desain adalah ekspresi identitas budaya.
Para pemateri menjelaskan bagaimana motif dalam kerajinan tradisional mengandung pesan moral, spiritual, dan sosial. Misalnya, motif Karawo menggambarkan kesabaran dan ketelitian, sementara Bentenan melambangkan keberanian. Peserta diperlihatkan bahwa kerajinan bukan sekadar benda pakai, melainkan warisan yang memuat filosofi mendalam.
Hal ini memperkuat pandangan bahwa visual heritage adalah bentuk literasi budaya yang harus dilestarikan. Dengan begitu, setiap motif tradisional tetap relevan untuk generasi mendatang.
Peserta internasional diajak membandingkan simbol visual Tomini Bay dengan simbol budaya dari negara mereka. Diskusi menjadi menarik karena ditemukan persamaan makna antara motif lokal dan simbol internasional. Hal ini membuktikan bahwa seni visual memiliki bahasa yang dapat dipahami lintas budaya.
Para peserta juga memberikan apresiasi tinggi terhadap detail dan nilai estetika kerajinan Tomini Bay. Kegiatan ini menutup hari dengan kesan mendalam tentang pentingnya seni sebagai identitas.
Dekan FSB, Prof. Dra. Nonny Basalama, M.A., Ph.D., menegaskan bahwa kerajinan tradisional adalah bagian dari warisan budaya yang hidup. “Melalui motif dan simbol, masyarakat Tomini Bay merekam sejarah, keindahan, dan nilai kehidupan mereka. Inilah bentuk literasi visual yang harus terus dijaga,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa kegiatan ini membuka peluang riset kolaboratif internasional tentang kerajinan tradisi. Dengan demikian, visual heritage dapat dipromosikan sebagai warisan budaya dunia. UNG pun semakin dikenal sebagai pusat kajian budaya lokal di level global.