fsb.ung.ac.id, Gorontalo – Transformasi pendidikan di Indonesia terus bergerak maju melalui berbagai program strategis, salah satunya adalah Sekolah Penggerak. Di Gorontalo, salah satu sekolah yang turut serta dalam program ini adalah SMP Negeri 3 Satu Atap (Satap) Dungaliyo, sebuah sekolah yang berada di wilayah dengan akses pendidikan yang masih terbatas namun penuh potensi.
Sekolah ini dipimpin oleh ibu Dra Bety Dunggio, sosok kepala sekolah yang berdedikasi tinggi dan memiliki visi kuat untuk memajukan kualitas pendidikan di daerahnya. Dalam perannya, beliau mampu menggerakkan seluruh elemen sekolah untuk beradaptasi dengan paradigma baru pembelajaran yang lebih berpusat pada peserta didik.
Salah satu guru yang saat ini sebagai guru pamong bagi mahasiswa Bahasa inggris dalam PMS MBKM dalam mendukung implementasi Sekolah Penggerak adalah Ibu Wisrianda H Akili,S.Pd.I., guru Bahasa Inggris yang bukan hanya mengajar, tetapi juga membimbing siswa dalam membangun kepercayaan diri dan keterampilan abad 21 melalui pendekatan yang kontekstual dan komunikatif. Di bawah bimbingannya, pembelajaran Bahasa Inggris tidak lagi menjadi momok, tetapi menjadi ruang eksplorasi kreativitas.
Sebagai sekolah satu atap, SMP 3 Satap Dungaliyo menghadapi tantangan khas seperti keterbatasan sumber daya, jarak tempuh siswa dari rumah ke sekolah, serta kebutuhan akan penguatan literasi dan numerasi sejak jenjang SD. Namun, melalui program Sekolah Penggerak, tantangan ini justru menjadi titik tolak untuk membangun ekosistem pendidikan yang adaptif dan inklusif.
Program Sekolah Penggerak membawa banyak manfaat, antara lain:
- Peningkatan Kualitas Pembelajaran: Melalui pelatihan guru dan pembelajaran berdiferensiasi, siswa mendapat perhatian sesuai dengan kebutuhan dan gaya belajar masing-masing.
- Penguatan Profil Pelajar Pancasila: Kegiatan projek penguatan karakter telah menjadi bagian integral dari pembelajaran, yang menumbuhkan nilai gotong royong, kemandirian, dan kreativitas pada siswa.
- Peningkatan Kapasitas Guru dan Kepala Sekolah: Kepala sekolah dan guru mendapat pendampingan intensif, sehingga mampu mengelola pembelajaran dan kepemimpinan yang transformatif.
- Kolaborasi dengan Perguruan Tinggi: Melalui program PMS-MBKM, mahasiswa dari Universitas Negeri Gorontalo turut berkontribusi dalam pembelajaran, literasi, serta kegiatan ekstrakurikuler yang memperkuat praktik baik di sekolah.
- Sebagai dosen pembimbing mahasiswa program PMS-MBKM di SMP 3 Satap Dungaliyo, saya menyaksikan langsung bagaimana semangat belajar dan semangat kolaborasi tumbuh dengan pesat di lingkungan sekolah ini. Mahasiswa bukan hanya belajar mengajar, tetapi juga belajar tentang empati, kepemimpinan, dan pentingnya pendidikan yang menjangkau semua lapisan masyarakat.
- Sekolah Penggerak bukan sekadar program melainkan adalah gerakan perubahan. Dan di SMP 3 Satap Dungaliyo, gerakan ini hidup dan bergerak bersama seluruh komunitas Pendidikan yang penuh harapan.
- Dampak Integrasi PMS-MBKM bagi Sekolah dan Mahasiswa.
- Integrasi program PMS-MBKM dengan kegiatan sekolah tidak hanya memperkaya pengalaman belajar siswa, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi mahasiswa sebagai calon pendidik. Mereka belajar langsung di lapangan tentang adaptasi kurikulum, pendekatan kontekstual, komunikasi lintas usia, dan pentingnya pendekatan humanis dalam pendidikan.
- Bagi sekolah, kehadiran mahasiswa menjadi stimulus positif. mereka membawa semangat baru, perspektif akademis, dan kreativitas yang sangat dibutuhkan untuk menghidupkan visi Sekolah Penggerak. Kolaborasi ini juga membangun jembatan antara dunia akademik dan praktik pendidikan dasar di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar). (Sri Rumiyatiningsih Luwiti, S.Pd, M.Pd)
Penulis adalah Dosen Tetap Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo..