Oleh: Dr. Herman Didipu, S.Pd., M.Pd.
fsb.ung.ac.id, Gorontalo – Di tengah derasnya arus perubahan global, guru tetap menjadi tiang utama pembentuk peradaban. Mereka bukan sekadar penyampai ilmu, melainkan arsitek karakter, penanam nilai, dan pemandu masa depan. Di ruang-ruang kelas yang sederhana, terjadi proses luar biasa: benih-benih pemikiran kritis, empati sosial, dan semangat kebangsaan ditanamkan. Tanpa kehadiran guru yang tulus dan berdedikasi, sulit membayangkan bangsa ini mampu melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berintegritas.
Namun, realitas di lapangan sering kali bertolak belakang dengan harapan besar yang dibebankan kepada guru. Beban administratif yang berlebihan, minimnya dukungan profesional, serta tekanan untuk memenuhi standar pencapaian akademik kerap mengaburkan esensi utama pendidikan, yaitu membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Ketika guru kelelahan mengurus dokumen, mereka kehilangan ruang untuk merenung, berinovasi, atau membangun kedekatan dengan siswa, yang kesemuanya justru paling berdampak dalam proses belajar bermakna.
Masa depan bangsa tidak hanya ditentukan oleh kecanggihan teknologi atau besarnya anggaran infrastruktur, melainkan oleh kualitas interaksi antara guru dan murid. Di sanalah nilai-nilai kebangsaan, toleransi, dan cinta tanah air ditanamkan. Bukan melalui hafalan, tetapi melalui keteladanan. Guru yang mampu menginspirasi akan melahirkan murid yang tak hanya berpikir, tetapi juga peduli, tak hanya bersaing, tetapi juga berkolaborasi demi kebaikan bersama.
Oleh karena itu, mendukung guru harus menjadi prioritas nasional. Bukan hanya dalam bentuk penghargaan simbolis, tetapi lewat kebijakan yang memberi ruang bagi profesionalisme, pelatihan berkelanjutan, dan kesejahteraan yang layak. Ketika guru merasa dihargai dan diberdayakan, mereka akan mampu menyalakan api semangat belajar di dada jutaan anak. Api yang kelak menjadi cahaya penerang masa depan bangsa.
Guru adalah garda terdepan dalam membangun manusia Indonesia yang berkarakter, kreatif, dan berwawasan global. Di tangan merekalah masa depan bangsa dipertaruhkan. Menghormati, memberdayakan, dan mempercayai guru bukan sekadar bentuk apresiasi. Namun, itu adalah investasi paling strategis bagi keberlangsungan peradaban kita. Untuk itu, mari jadikan guru bukan hanya sebagai profesi, tetapi sebagai panggilan mulia yang menjadi fondasi harapan bangsa.
Penulis adalah Dosen Tetap Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo…