fsb.ung.ac.id, Gorontalo – Untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa sekolah, ternyata tidak cukup hanya dengan menerapkan metode pembelajaran tertentu. Metode, menurut penulis, hanya akan bersifat teknis bila tidak ditopang oleh tindak tutur kelas yang dilakukan oleh guru. Pemakaian bahasa juga sangat penting bagi Bahasa bisa jadi sarana pendidikan, baik sebagai sarana peningkatan kemampuan kognitif maupun sarana peningkatan karakter siswa.
Sementara itu, ternyata media pembelajaran bukan hanya media dalam bentuk fisik seperti gambar, lembar peraga, atau media digital. Bahasa juga ternyata adalah media pembelajaran. Karena bahasa bisa meningkatkan kemampuan siswa. Bahasa memilki kemampuan untuk membentuk kemampuan kognitif, dan membangun sikap afektif siswa.
Sebagaimana hasil penelitian penulis dalam disertasi penulis yang berjudul ‘Discourse Analysis on Classroom Interaction”. Salah satu sub-topik yang dibahas dalam disertasi itu adalah tindak tutur kelas dalam kaitannya dengan level kognitif mahasiwa. Salah satu temuan penelitian itu adalah bahwa tindak tutur kelas yang dilakukan oleh dosen sangat berpengaruh pada tingkat kognitif mahasiswa.
Sementara itu, untuk tingkat sekolah, penulis mengadakan penelitian di SMP Negeri 1 Suwawa Tengah, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Penelitian itu berjudul ”Peran Tindak Tutur Guru dalam Pencapaian Level Kognitif SIswa: Studi Pragmatik. Dalam penelitian itu ditemukan bahwa tindak tutur yang paling banyak dilakukan guru adalah assertive, directives, dan expressive. Dihubungkan dengan peningkatan kemampuan kognitif siswa, tindak tutur itu kesemuanya berada pada kognitif mengetahui, memahami, menganalisis, dan menerapkan.
Penulis berpikir bahwa penemuan dari kedua penelitian itu perlu diimplementasikan pada sekolah-sekolah. Maka guna implementasi itu penulis mengadakan kegiatan seminar di sekolah. Untuk itu penulis berinisiatif megadakan kegiatan diskusi ilmiah bersama para guru di Mts. Muhammadiyah Kabila, Bone Bolango.
Namun dari berbagai literatur yang dibaca penulis, ternyata bahasa bukan hanya untuk meningkatkan kemampuan berpikir atau kognitif. Tapi bahasa juga bisa menjadi sarana peningkatan karakter. Maka penulis membahasa bahasa sebagai sarana pendidikan di kelas.
Materi yang dibahas adalah sebagai berikut:
Yang pertama, guru sebaiknya merancang tindak tutur yang kondusif dalam proses pembelajaran. Kondusif dalam pembelajaran Adalah tindak tutur yang bisa membantu pencapaian tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran di Indonesia pada umumnya mengacu pada Taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom adalah tataran tujuan pembelajaran yang disusun oleh Bloom. Taksonomi itu secara garis besarnya terbagi tiga, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Kognitif adalah kemampuan intelektual. Affektif adalah perubahan perilaku.
Yang menjadi fokus kegiatan adalah bagaimana menerapkan teori tindak tutur guna meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Pertama-tama yang dibahas adalah tindak tutur. Tindak tutur Adalah salah satu topik dalam pragmatic, yaitu studi tentang makna bahasa dalam konteks tertentu. Ini Adalah studi bagaimana pembicara atau penulis menggunakan bahasa guna menyampaikan maksud tertentu dan bagaimana pendengar atau pembaca menangkap makna itu.
Sedangkan tindak tutur Adalah teori yang menyatakan bahwa ada Tindakan dalam ujaran penutur. Misalnya melantik. Ketika rektor suatu perguruan tinggi dalam suatu upacara wisuda menyatakan ”Dengan ini saya kukuhkan saudara-saudara sebagai sarjana,” maka dia melakukan tindakan melantik para wisudawan menjadi sarjana.
Makna tindak tutur beada dalam tiga tataran, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Lokusi adalah apa yang diujarkan oleh pembicara. Ilokusi adalah tindakan yang dilakukan pembicara dalam ujaran itu. Perlokusi adalah efek dari ilokusi.
Jadi dalam upacara wisuda seperti yang dicontohkan di atas, lokusi rektor adala apa yang dia ucapkan dalam upacara itu. Ilokusinya adalah melantik para wisudawan menjadi sarjana. Dan perlokusinya adalah setelah tindak tutur itu dilakukan, maka para wisudawan kini menjadi sarjana sebagaimana yang dikatakan oleh rektor.
Ilokusi, menurut Searle, terbagi atas deklaratif, komisif, asertif, dan direktif. Deklaratif Adalah pernyataan yang perlokusinya mengubah suatu keadaan. Komisif Adalah tindak bahwa permbicara akan melakukan sesuatu, misalnya berjanji, bersumpah, Asertif adalah tindak tutur yang berusaha meyakinkan kebenaran tentang sesuatu, misalnya menjelaskan, mempersuasi, memaparkan. Direktif adalah tindak tutur yang mengarahkan pendengar meklakukan apa yang terkandung dalam lokusi, seperti memerintah, menyarankan, bertanya, meminta, membujuk, dll.
Bagaimana dengan Taksonomi Bloom? Dalam Taksonomi Bloom, kemampuan kognitif manusia tersusun dalam hirarki, dari terendah sampai tertinggi. Susunannya adalah sebagai berikut:
C 6 Menciptakan
C 5 Mengevaluasi
C 4 Menganalisis
C 3 Menerapkan
C 2 Memahami
C 1 Mengingat
Terlihat dalam hirarki itu bahwa kemampuan kognitif terendah adalah mengingat atau menghapal. Pertanyaannya sekarang, bagaimana kita sebagai guru atau dosen mendayagunakan tindak tutur guna meningkatkan kemampuan kognitif? Apakah tindak tutur kita, misalnya direktif, bertanya hanya untuk meningkatkan kemampuan mengingat atau pemahaman? Bila ada guru yang mengajarkan, misalnya konsep gfravitasi dan pertanyaanna atau lokusinya adalah ”Apa yang dimaksud dengan gravitasi?” maka pertanyaan itu hanya untuk pengetahuan terendah, yaitu mengingat.
Tapi bila pertanyaannya atau lokusinya berbunyi ”Apa yang akan terjadi bila kamu melompat dari tempat tidur?” maka ini sjdah pada kemampuan menganalisis, atau C4.
Sekarang bagaimana dengan pendidikan karakter yang dalam Taksonomi Bloom dikenala sebagai kemampuan afektif? Ini bisa dilakukan dengan, misalnya, kesantunan berbahasa. Dengan menjadi contoh dalam kesantunan berbahasa, guru sudah mendidik karakter positif kepada siswa. Maka bila guru menggunakan bahasa yang santun ketika menegur siswa yang nakal, atau mengindari perundungan atau kekerasan verbal, maka guru sudah menjadi pendidik karakter siswa yang dalam Taksonomi Bloom diistilahkan sebagai kemampuan afektif.
Dengan pembahasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa bahasa adalah sarana pendidikan di kelas. Bahasa adalah media pembelajaran yang sangat penting. Itu karena katiak menggunakan bahasa di kelas, guru melakukan tindak tutur untuk membangun kemampuan kognitif siswa dan juga membangun karakter siswa sebagai tataran afejtif dalm Taksonomi Bloom. Demikian semoga bermanfaat.
Penulis adalah Dosen Tetap Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo