Oleh: Zulkifli Tanipu, M.A.,Ph.D.
fsb.ung.ac.id, Gorontalo – Warisan budaya atau cultural heritage adalah aset berharga yang bisa dimanfaatkan dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Bahan ajar yang berbasis warisan budaya memberi konteks yang dekat dengan kehidupan siswa. Misalnya, cerita rakyat, tarian tradisional, atau kuliner lokal bisa diterjemahkan dan digunakan dalam kelas bahasa Inggris. Pendekatan ini membuat siswa merasa bahwa belajar bahasa tidak terlepas dari identitas mereka. Dengan demikian, pembelajaran bahasa menjadi lebih bermakna.
Penggunaan cultural heritage juga membantu siswa memahami bahwa bahasa adalah cerminan budaya. Saat siswa mempelajari bahasa Inggris melalui warisan budaya lokal, mereka sekaligus membandingkan nilai, simbol, dan praktik budaya.Proses ini meningkatkan kesadaran lintas budaya atau cross-cultural awareness. Hal ini penting agar siswa tidak hanya belajar bahasa, tetapi juga mampu berinteraksi secara global. Jadi, warisan budaya berfungsi sebagai jembatan lokal-global dalam pembelajaran bahasa.
Selain itu, integrasi warisan budaya membuat pembelajaran bahasa lebih kreatif dan interaktif. Guru dapat menggunakan media seperti film pendek tentang tradisi lokal, teks terjemahan cerita rakyat, atau dialog simulasi berbasis budaya.Aktivitas ini mendorong siswa untuk aktif berbicara, menulis, dan memahami konteks komunikasi nyata. Siswa merasa pembelajaran lebih menyenangkan karena mereka bisa mengekspresikan identitas budaya mereka. Hal ini memperkuat motivasi belajar bahasa.
Penting juga dicatat bahwa pembelajaran berbasis warisan budaya mendorong pelestarian tradisi lokal. Siswa tidak hanya belajar bahasa, tetapi juga mengenal kembali akar budaya mereka. Dengan cara ini, bahasa Inggris menjadi sarana untuk mendokumentasikan dan menyebarluaskan kearifan lokal. Hal ini sejalan dengan upaya pelestarian budaya di era globalisasi. Pendidikan bahasa Inggris dengan pendekatan ini memiliki nilai tambah ganda.
Warisan budaya sebagai bahan ajar bahasa Inggris memberi manfaat besar. Ia memperkuat identitas lokal, meningkatkan kesadaran lintas budaya, sekaligus menjadikan pembelajaran lebih menarik. Mahasiswa dan siswa tidak lagi belajar bahasa secara abstrak, melainkan dalam konteks yang dekat dengan kehidupan mereka. Pendekatan ini relevan untuk menjawab tantangan global. Dengan begitu, cultural heritage menjadi kunci penting dalam pembelajaran bahasa asing.
Penulis adalah Dosen Tetap Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo..