Oleh: Dr. Rahman Taufiqriyanto Dako, S.S, M.Hum., dan Sri Rumiyatiningsih Luwiti, S.Pd, M.Pd.
fsb.ung.ac.id, Gorontalo – Suasana ruang kelas SDN 12 Kota Barat pada 9 Desember 2025 terasa berbeda dari biasanya. Bukan karena adanya kegiatan olahraga, tetapi karena mahasiswa dan dosen sebagai tim pengabdian masyarakat Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris UNG menghadirkan teknik dalam belajar bahasa Inggris: melalui perintah langsung bertema olahraga dengan Metode learning by doing. ini menempatkan siswa sebagai pelaku aktif dalam merespons instruksi nyata, bukan sekadar mendengarkan teori atau membayangkan aktivitas tertentu.
Dalam kegiatan ini, siswa tidak diminta berlari, menendang bola, ataupun bermain takraw secara fisik. Namun, mereka diminta mengeksekusi respons sederhana dari instruksi yang berkaitan dengan kosa kata olahraga, seperti bergerak satu langkah ke depan saat mendengar perintah “Move forward!”, mengangkat tangan ketika guru berkata “Hands up!”, atau menoleh saat mendengar “Turn right!”. Setiap instruksi dilakukan secara nyata, sehingga anak belajar melalui gerak dan respons langsung.
Pendekatan ini membuktikan bahwa tema olahraga dapat digunakan sebagai pintu masuk pembelajaran bahasa Inggris yang efektif tanpa menuntut kegiatan fisik yang berat. Kata-kata seperti run, kick, throw, atau jump tetap dapat diajarkan melalui perintah sederhana yang terkait gerak dasar. Anak-anak merespons dengan tindakan kecil, cukup jelas untuk memahami makna perintah, tetapi tidak sampai melakukan aktivitas olahraga yang sesungguhnya.
Guru memberikan instruksi bertahap, dimulai dari perintah dasar seperti “Stand up”, “Sit down”, dan “Raise your hand”. Setelah anak terbiasa mengikuti ritme bahasa Inggris, instruksi bertema olahraga mulai diperkenalkan. Contohnya, ketika guru berkata “Pretend to kick” tidak digunakan, melainkan diganti dengan instruksi yang lebih konkret seperti “Lift your leg” atau “Step forward” yang tetap berkaitan dengan konsep gerakan sepak bola tetapi dilakukan secara sederhana dan nyata.
Seluruh instruksi disampaikan dengan intonasi yang jelas dan ritme yang konsisten. sehingga anak menangkap makna kosakata tidak melalui terjemahan, melainkan melalui tindakan yang mereka lakukan. Ketika guru berkata “Turn left!”, anak langsung menoleh ke kiri; ketika instruksi berubah menjadi “Walk two steps!”, siswa bergerak dua langkah. Tidak ada imajinasi, semua berbasis aksi nyata.
Kegiatan ini juga mengajarkan kedisiplinan dan ketelitian. Siswa harus menunggu instruksi dengan hati-hati dan hanya bergerak ketika mendengar perintah yang tepat. Ketika guru memberi variasi perintah cepat seperti “Step back!”, “Step forward!”, dan “Stop!”, siswa menunjukkan respons spontan yang menggambarkan kemampuan mereka memahami perintah bahasa Inggris dalam waktu singkat.
Kepala sekolah SDN 12 Kota Barat Novita Akase M.Pd dalam hal ini sangat merespon kegiatan pengabdian masyarakat di SDN 12 Kota Barat.Kegiatan ini meninggalkan kesan mendalam bahwa belajar bahasa dapat dilakukan dengan cara yang sangat praktis, relevan, dan menyenangkan tanpa harus meninggalkan ruang kelas.
Penulis adalah Dosen Tetap Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo..