LUCL Didactic Course for PhD Candidates (Pelatihan Pengajaran bagi Kandidat PhD di Leiden University Centre for Linguistics)

fsb.ung.ac.idGorontalo – Kegiatan ini merupakan pelatihan intensif yang diselenggarakan oleh Leiden University Centre for Linguistics (LUCL) bagi para kandidat PhD yang sedang atau akan terlibat dalam kegiatan pengajaran di lingkungan universitas. Kegiatan ini bertujuan untuk membekali peserta dengan keterampilan dasar dalam didaktik dan pedagogi di perguruan tinggi sebagai bagian dari pengembangan profesional akademik.

Pelatihan ini dilaksanakan secara luring di Hertha Mohr-building, Universiteit Leiden, sebuah gedung yang kerap digunakan untuk kegiatan perkuliahan, pelatihan, dan pengembangan akademik di lingkungan Universitas Leiden. Seluruh kegiatan didanai oleh LUCL sebagai bentuk komitmen terhadap peningkatan kapasitas pengajaran di tingkat doktoral.

Pelatihan ini dibimbing oleh dr. Cornelia de Haan, seorang pelatih tersertifikasi profesional (Academy of Coaching, 2007) dalam bidang pengajaran di pendidikan tinggi. Beliau meraih gelar PhD dalam bidang Bahasa dan Sastra Belanda dari Universitas Leiden pada tahun 1999, dan memiliki pengalaman panjang sebagai dosen serta asisten profesor di Leiden University, Delft University of Technology, dan The Hague University of Applied Sciences. Sejak tahun 2008, dr. de Haan mendirikan perusahaan pelatihan dan coaching akademik sendiri (lihat: www.coachinghogeronderwijs.nl) dan hingga kini aktif sebagai pelatih dalam program University Teaching Qualification (BKO) di berbagai institusi pendidikan tinggi di Belanda.

Peserta pelatihan adalah para kandidat PhD baru yang berada di bawah naungan LUCL, serta kandidat PhD tahun kedua dan ketiga yang belum sempat mengikuti pelatihan ini sebelumnya.

Setiap sesi pelatihan mencakup berbagai kegiatan yang dirancang untuk mengembangkan kompetensi didaktik peserta. Materi yang dibahas meliputi pengantar teori didaktik dan pembelajaran orang dewasa, praktik merumuskan tujuan pembelajaran (learning objectives), teknik merancang dan mempersiapkan kelas, strategi mengaktifkan partisipasi mahasiswa, serta refleksi atas gaya dan efektivitas mengajar masing-masing peserta. Selain itu, peserta juga terlibat dalam diskusi, latihan berbasis pengalaman, serta pembuatan materi ajar, sehingga isi pelatihan selalu relevan dengan praktik pengajaran di lapangan.

Sebagai bagian dari penilaian akhir, setiap peserta diwajibkan melakukan praktik microteaching selama 20 menit. Dalam sesi ini, peserta menerapkan keterampilan yang telah dipelajari dengan memberikan pengajaran singkat di hadapan sesama peserta dan pelatih, yang kemudian dilanjutkan dengan sesi umpan balik dan refleksi. Pelatihan ditutup dengan penulisan tugas refleksi pribadi terkait perkembangan keterampilan didaktik yang telah dicapai selama pelatihan. (Rahmatan Idul, S.S.,M.A, Kandidat PhD LUCL dan Dosen Tetap Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo)