Pentingnya Peran Dosen Pembimbing Akademik menjadi Pendengar yang Bermakna, Oleh: Dr. Dewi Dama, S.Pd., M.Ed

fsb.ung.ac.idGorontalo – Hari ini, Sabtu (09/08/2025), bertempat di Training Center Damhil UNG, saya bersama empat dosen di Lingkungan FSB ditugaskan menjadi peserta workshop yang digelar oleh UPA BK UNG dengan tema “Menjadi Pendengar yang Bermakna; Keterampilan Dasar Dukungan Psikologis untuk Dosen Penasehat Akademik (PA)”. Sebuah kegiatan yang menurut hemat saya sangat krusial dan perlu berkelanjutan sampai ke level paling kecil di lingkungan universitas.

Pertama, dosen PA adalah salah satu aset kampus yang harus mampu beradaptasi dan bersinergi dengan perubahan dan tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa. Karena itu, kata “Menjadi (becoming) pendengar yang bermakna” sangat relevan dan fisibel diwujudkan oleh dosen PA.

Berikut, sebagai dosen Pendidikan Bahasa Inggris, “Mendengarkan (listening) adalah kemampuan yang perlu dikuasai oleh dosen PA, lebih dari sekadar menyetujui KRS yang diajukan oleh mahasiswa. Menyimak penuturan mahasiswa sepenuh hati sangat penting untuk mensiratkan kepedulian serta menekan asumsi-asumsi yang bias dan sikap menghakimi (judgemental).

Oleh karena itu, menurut hemat saya, hal yang paling mendasar dimiliki dan dikembangkan oleh seorang PA adalah Mental Mastery untuk membuka diri seperti membuat mahasiswa nyaman untuk berbagi, dan memberi pelayanan terbaik untuk keberlanjutan studi mahasiswa bimbingannya, seperti menjaga hal-hal privat terekspos tanpa persetujuan mereka.

Menjadi Penasehat Akademik adalah wujud manifestasi dari profesionalisme dosen dalam hal memfasilitasi mahasiswa mengatasi masalah terkait studinya. PA dapat menyeleksi sejak awal, mengawal, serta menghubungkan pihak-pihak tertentu guna mendapatkan solusi dan penanganan secara serius dari orang tua/wali mahasiswa, pimpinan jurusan dan fakultas, hingga dokter atau psikiater pada UPA BK dan seterusnya.

Karena itu saya sangat mengapresiasi kepada Ibu Dekan FSB, Prof. Dra. Nonny Basalama, M.A., Ph.D yang telah memberi kesempatan pada kami mengikuti workshop hari ini. Salut pula pada ketiga pemateri dan panitia yang sangat baik dan profesional.

Selain mendapatkan pengetahuan baru dan berbeda tentang psikologi, saya memaknainya sebagai ruang refleksi. Akhirnya, harus diakui bahwa Pembimbing Akademik sendiri membutuhkan penguatan (psychological supports) agar mampu berempati, berpikir holistik dan inklusif, serta memahami konteks masalah mahasiswa bimbingannya secara utuh (impartial).

Penulis adalah Dosen Tetap Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo