Psycholinguistics, Jembatan Menuju Pemahaman Bahasa dan Manusia: Bekal Penting Calon Guru Bahasa Inggris

fsb.ung.ac.idGorontalo – Keterampilan individu dalam menguasai suatu bahasa, terutama bahasa Inggris sebagai bahasa asing, ternyata tak hanya tentang latihan dan pengulangan. Di balik proses itu, terdapat kerja otak, campur tangan emosi, dan pengalaman hidup yang saling terkait. Topik ini yang menjadi fokus mata kuliah Psycholinguistics di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Negeri Gorontalo. Mata kuliah ini menjadi ruang refleksi dan eksplorasi bagi mahasiswa yang kelak akan menjadi guru bahasa Inggris.

Zulkifli Tanipu, M.A.,Ph.D., sebagai pengampu mata kuliah, menekankan pentingnya pemahaman akan cara kerja pikiran manusia dalam menerima, memproses, dan memproduksi bahasa. Ia mengajak mahasiswa untuk melihat bahasa bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga cermin dari pengalaman, persepsi, dan interaksi sosial. Mengajar bahasa asing, seperti bahasa Inggris, bukan hanya soal grammar dan vocabulary.

Kita wajib memeprtimbangkan latar belakang psikologis dan sosial siswa. Misalnya, bagaimana tren media sosial membentuk kebiasaan berbahasa, atau bagaimana sikap sesorang terhadap bahasa asing akan mempengaruhi minat mereka belajar.

Dalam perkuliahan, mahasiswa diajak memahami bagaimana faktor seperti trend, behaviour, dan attitude seseorang berperan dalam keberhasilan belajar bahasa asing. Contohnya, mengapa sebagian siswa merasa lebih mudah belajar bahasa lewat media sosial? Mengapa ada siswa yang antusias belajar bahasa Inggris, sementara yang lain cenderung pasif?

Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi titik tolak bagi mahasiswa untuk berpikir lebih dalam tentang peran faktor psikologis dan kebiasaan sosial seseorang dalam belajar bahasa asing. Sebagai bagian dari proses belajar, mahasiswa tidak hanya membaca literatur terbaru dan berdiskusi di kelas. Mereka juga diminta mengerjakan proyek akhir berbasis riset sederhana di lingkungan sekitar.

Proyek ini mendorong mereka untuk turun langsung, mewawancarai, mengamati, dan mengumpulkan data tentang perilaku berbahasa masyarakat, terutama di kalangan pelajar. Hasil dari proyek ini kemudian dianalisis dan dipresentasikan dalam bentuk laporan ilmiah. Dengan cara ini, mahasiswa tidak hanya menguasai konsep, tetapi juga belajar bagaimana menerapkannya secara nyata. Mereka jadi terbiasa berpikir analitis dan kritis terhadap fenomena kebahasaan di sekitar mereka.

Psycholinguistics menjadi semacam jembatan atau lensa baru yang membantu mahasiswa dalam memahami bahwa bahasa adalah bagian dari kehidupan manusia yang kompleks dan dinamis. Menjadi guru bahasa Inggris bukan hanya tentang menyelesaikan materi hingga tuntas.

Lebih dari itu, guru bahasa Inggris perlu memahami bagaimana siswa berpikir, mengolah, dan merespons bahasa yang ingin mereka kuasai. Mata kuliah ini membekali mahasiswa untuk menjadi pendidik yang peka, reflektif, dan adaptif terhadap perubahan zaman.

Pemahaman terhadap aspek psikologis dalam pembelajaran bahasa akan menjadi kekuatan para calon guru ini saat menghadapi ruang kelas yang penuh dengan keberagaman. Dengan bekal ini, mereka tidak hanya siap mengajar, tetapi juga siap membimbing dengan empati dan pemahaman yang mendalam. Menjadi Guru Bahasa Inggris adalah upaya mengajarkan bahasa asing, sekaligus memahami manusia secara lebih komprehensif. (Zulkifli Tanipu, M.A.,Ph.D)

Penulis adalah Dosen Tetap Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo..