fsb.ung.ac.id, Gorontalo – Bulan Ramadhan adalah bulan keberkahan bagi seluruh umat Islam. Datangnya bulan Ramadhan menjadi momentum bagi umat Islam untuk meningkatkan berbagai amaliah baik secara individual maupun social. Tidak heran jika tiba bulan Ramadhan masjid-masjid, surau ataupun langgar dipenuhi oleh berbagai aktivitas dari salat lima waktu, solat tarwih di malam hari, tilawah Alquran, buka puasa bersama. Semua itu dilakukan dengan penuh rasa ketakwaan kepada Allah SWT.
Di Gorontalo, suasana sebagaimana digambarkan di atas terlihat di seluruh pelosok di desa maupun di kota. Apalagi menjelang pertengahan bulan Ramadhan sebagian masyarakat Gorontalo mulai mempersiapkan dengan tradisi yang telah ada turun temurun dilaksanakan dari lingkungan keluarga, kerabat sebagai bagian dari amaliah Ramadhan. Tradisi tersebut dikenal dengan tradisi Kuunu.
Kuunu berasal dari kata Qunut Qunut (bahasa Arab: القنوت) bermakna “diam dalam ketaatan” atau “berdiri lama” dalam bahasa Arab Klasik. Kata duʿā’ (bahasa Arab: دعاء) berarti “doa”. Kunut juga dapat berarti “berdiri lama”, “diam”, “taat”, “tunduk”, atau “khusyuk”. Sedangkan secara istilah, kunut adalah doa yang dibaca seorang muslim dalam salat (https://id.wikipedia.org/wiki/Kunut). Sebagaimana umumnya pelaksanaan tarwih di Gorontalo di lima belas malam pertama pada bulan Ramadhan tarwih dua puluh (20) rakaat menggunakan surat Alkhlas pada rakaat genapnya sejak malam pertama sampai dengan malam ke lima belas Ramadhan. Ketika memasuki malam ke enam belas (16) surat Alkhlas digantikan dengan Surat Al-qadr mengawali sepuluh surat terakhir yang digunakan dalam salat tarwih tersebut. Pada lima belas malam sebelumnya pelaksanaan witir tidak menyertakan doa Qunut sebagai penutup doa dalam rakaat terakhir dalam pelaksanaanya (sebagaimana sebagian umat muslim melaksanakan doa Qunut ketika melaksanakan salat Subuh). Pada malam keenam belas seiring dengan pergantian surat dalam salat tarwih, maka pelaksanaan witir menyertakan doa Qunut selama pelaksanaanya. Penyertaan doa qunut tersebut sampai dengan malam terkahir pelaksaan tarwih di bulan Ramadhan.
Bagi masyarakat Gorontalo khususnya di sepanjang pesisir danau Limboto (Batudaa, Tabongo, Telaga dan Limboto) menandai pelaksanaan Kuunu dengan menyediakan hasil kebun menyuguhkannya kepada tamu, kerabat, sahabat ketika saling silaturahmi selepas melaksanakan salat tarwih. Biasanya hasil kebun yang disuguhkan yakni kacang dan pisang. Kebiasaan ini telah berlangsung turun temurun hingga telah menyebar ke wilayah sekitar danau Limboto.
Tradisi Kuunu di Gorontalo pada dasarnya mengandung pesan bahwa tak lama lagi Ramadhan akan berlalu. Sebelum ia berlalu maka memperbanyak sedekah dengan berbagi sebagian dari hasil kebun adalah cara lain mengisi amaliah Ramadhan. Dengan tradisi ini pula semangat silaturahmi semakin terjaga dan ikatan kekerabatan dan persaudaraan sesama muslim makin erat.
Tradisi Kuunu: Spirit Kearifan Lokal Masyarakat Gorontalo
Tadisi Kuunu sebagaimana diuraikan di atas merupakan rangkaian kegiatan yang erat kaitannya dengan bulan Ramadhan. Selain di Gorontalo ditemukan pula tradisi yang memiliki spirit yang sama di propinsi Banten. Bagi sebagaian masyarakat banten menyambut Qunut (istilah Qunutan) dengan berbagi ketupat baik di masjid maupun di rumah (https://www.antaranews.com/berita Selasa, 11 Maret 2025). Tradisi Kuunu di Gorontalo kacang dan pisang sebagai menu utamanya. Biasanya disajikan di rumah-rumah sehingga malam Kuunu terasa penuh keakraban antara satu dengan lainnya. Kadang-kadang tamu yang datang dari luar desa atau kecamatan bahkan ada yang berasal dari luar kabupaten atau propinsi Gorontalo hanya sekadar ingin menyaksikan kegiatan sambil menikmati kacang dan pisang yang disediakan.
Tradisi Kuunu pada hakekatnya memiliki makna dan nilai-nilai yang relevan dengan kehidupan social masyarakatnya. Pertama, Kuunu menjadi spirit bagi diri pribadi untuk meningkatkan amaliah Ramadhan. Biasanya di sisa hari menjelang akhir Ramadhan semakin banyak godaan menjadi penyebab lupa amalan Ramadhan. Tradisi Kuunu menjadi salah satu cara masyarakat Gorontalo untuk menjaga ritme ibadah dan amalan lainnya terus dijaga atau makin ditingkatkan. Kedua, Tradisi Kuunu menjadi spirit social dalam membangun semangat kebersamaan di lingkungan keluarga, sahabat bahkan handai tolan yang berada jauh tempat tinggalnya. Momentum Kuunu menjadi salah satu alasan mereka untuk bersilaturahmi sehingga ikatan kekeluargaan maupun persahabatan tetap terjaga. Ketiga,melaluitadisi Kuunu merawat kebudayaan local Gorontalo sebagai bagian ekspresi dan spirit nilai-nilai kemanusiaan yang hidup merawat semangat kebersamaan bagi masyarakatnya. Keempat, Tradisi Kuunu merupakan representasi berkeyakinan masyarakat Gorontalo (Agama Islam) dalam falsafah Adat bersendikan sara, sara bersendikan kitabullah.
Tradisi Kuunu harus terus dirawat sebagai bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat Gorontalo. Tadisi ini masih sangat relevan dengan kondisi perubahan jaman. Harapannya adalah tradisi Kuunu makin menguatkan umat berlomba-lomba dalam kebaikan baik secara individu maupun sebagai bagian dari masyarakat social. Tadisi Kuunu makin menguatkan eksistensi kebudayaan Gorontalo sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia hari ini dan di masa depan nanti.
Penulis adalah Dosen Tetap Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo dan Pemerhati Kebudayaan Gorontalo..