fsb.ung.ac.id, Gorontalo – Apa peran keluarga kecil dalam mewujudkan generasi unggul? Pertanyaan dasar dalam diskusi penggiat dan pemerhati perempuan. Ini merupakan refleksi keluarga Indonesia dalam mewujudkan generasi Indonesia masa yang akan datang.
Mewujudkan Generasi Emas 2045 bukan sekadar cita-cita besar yang bergantung pada kebijakan pemerintah atau sistem pendidikan formal semata. Lebih dari itu, fondasi utama dari generasi unggul yang berkarakter kuat dan berkompetensi tinggi justru dimulai dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga. Selama ini, orientasi pendidikan sering kali diletakkan sepenuhnya di pundak sekolah. Padahal, rumah adalah “sekolah pertama” bagi setiap anak, dan orang tua adalah “guru pertama” yang membentuk dasar kepribadian dan pola pikir mereka.
Dalam lingkungan keluargalah nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, empati, dan etika mulai dikenalkan dan dihidupkan. Karakter yang kokoh tidak dibentuk dalam satu malam. Ia tumbuh melalui pembiasaan dan keteladanan. Seorang anak yang tumbuh dalam keluarga penuh kasih sayang, komunikasi terbuka, dan disiplin yang konsisten akan cenderung tumbuh menjadi pribadi yang berintegritas dan tangguh dalam menghadapi tantangan.
Sebaliknya, jika keluarga abai terhadap pembinaan moral, maka anak akan mudah terbawa arus negatif meskipun berprestasi secara akademis. Namun pembentukan karakter saja tidak cukup. Kompetensi juga harus diasah sejak dini, dan ini pun bisa dimulai dari rumah.
Di era digital, orang tua memiliki akses luas untuk memperkenalkan berbagai keterampilan abad ke-21 kepada anak, seperti berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah, hingga kecakapan teknologi. Orang tua tidak harus menjadi ahli dalam semua hal, tetapi mereka perlu hadir sebagai fasilitator memberi ruang eksplorasi, membangun rasa ingin tahu, dan mendampingi proses belajar anak dengan penuh dukungan.
Keluarga juga menjadi tempat anak belajar mengelola emosi, menyelesaikan konflik, dan membangun kepercayaan diri. Semua itu adalah fondasi penting untuk menghadapi dunia yang semakin kompleks. Kunci sukses mencetak Generasi Emas adalah kolaborasi erat antara keluarga dan sekolah. Sekolah menyediakan ilmu dan struktur pembelajaran, sementara keluarga menanamkan nilai dan membentuk karakter sehari-hari. Keduanya harus berjalan seiring, bukan saling melepaskan tanggung jawab.
Jika ingin Indonesia memiliki generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga unggul dalam karakter dan keterampilan, maka investasi pertama harus dilakukan di rumah. Mari mulai dari hal-hal sederhana: menjadi teladan, meluangkan waktu, dan menciptakan iklim keluarga yang sehat dan mendukung pertumbuhan anak secara utuh. Karena membentuk Generasi Emas bukan hanya tugas negara tapi tanggung jawab setiap keluarga di negeri ini. (Dr. Sitti Rachmi Masie, M.Pd)
Penulis adalah Dosen Tetap Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo