fsb.ung.ac.id, Gorontalo – Mata kuliah Penyutradaraan 1 kembali menghadirkan gebrakan kreatif dengan menggarap ulang naskah legendaris Sangkuriang sebagai proyek latihan. Proses ini tidak hanya menjadi ajang eksplorasi artistik, tetapi juga wadah pelatihan intensif bagi mahasiswa, khususnya Dedy Saputra yang ditunjuk sebagai sutradara utama dalam pementasan tersebut. Dengan pendekatan kontemporer terhadap cerita klasik, kelas ini bertransformasi menjadi ruang eksperimentasi yang dinamis.
Dedy Saputra, mahasiswa yang tengah dibina dalam peran penyutradaraan, mendapat kepercayaan penuh untuk memimpin proses kreatif. Di bawah bimbingan dosen Dr. Mimy Astuty Pulukadang, S.Pd., M.Sn dan kerja sama antar teman sekelas, Dedy menjajal kemampuan kepemimpinan, penafsiran naskah, hingga pengelolaan artistik panggung. Pengalaman ini menjadi langkah penting dalam membentuk kepekaan estetik dan ketegasan visi penyutradaraan yang akan terus diasah sepanjang proses.
Naskah Sangkuriang dipilih karena kekayaan simbolik dan fleksibilitasnya untuk ditafsirkan ulang. Dalam versi ini, unsur mitologi dikolaborasikan dengan isu kekinian seperti krisis identitas dan pencarian jati diri generasi muda. Proyek ini juga menuntut mahasiswa untuk mengolah aspek visual dan dramaturgi secara matang, menjadikan proses belajar tak hanya bersifat teknis, tetapi juga reflektif terhadap nilai budaya.
Melalui pementasan ini, kelas Penyutradaraan 1 tak hanya mencetak sutradara teknis, tapi juga seniman yang mampu membaca zaman. Keberanian Dedy dalam mengeksplorasi bentuk dan narasi menunjukkan potensi besar yang tengah ditempa. Sangkuriang Versi kelas B pun menjadi bukti nyata bahwa warisan budaya bisa menjadi jalan kreatif untuk melahirkan generasi sutradara masa depan. (Dr. Mimy Astuty Pulukadang, S.Pd., M.Sn adalah Dosen Tetap Jurusan Pendidikan Sendratasik Inggris Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo)